DI MANAKAH IMAN KITA

Tragedi Mesir dan Suriah, DIMANAKAH IMAN KITA?

Kita membaca tarikh & musuhpun menyimak
sejarah; Al Aqsha & Palestina selalu dibebaskan
dari paduan 2 arah; #Mesir & #Suriah . Ini pertarungan. Khalid dari arah Suriah & ‘Amr ibn Al ‘Ash dari
arah Mesir; maka Allah memilih Abu ‘Ubaidah
membebaskan Al Aqsha & ‘Umar menerima
kuncinya. Setelah mengambil-alih Mesir dari kebobrokan
Fathimiyah & mewarisi Nuruddin Mahmud Zanki di
Suriah; Shalahuddin Al Ayyubi membebas Al
Aqsha. Maka hari ini; kaum Muslimin yang sempat
tersenyum oleh Mursi di Mesir & menaruh harap
pada Mujahidin di Suriah; harus lagi memanjang
sabar. Banyak kepentingan yang belum merelakan 2
negeri ini menjadi pangkalan perjuangan agar
Ummat kembali dapat shalat & beri’tikaf di Al
Aqsha. Hendaknya lalu kita tahu; kepedulian soal Mesir &
Suriah bersatumuara ke iman kita, cinta kita, rindu
kita; tuk menziarahi Al Aqsha merdeka. Hari-hari ini Mesir gegap gempita; “Suara damai
ini lebih tajam dari peluru; tekad kami lebih baja
dari senjata”; maka Allah menguji mereka. Allah menyiramkan darah agar bumi Mesir subur;
mengambil syuhada’ agar anak-anak sejarah
tahu betapa mahal & berharga apa nan
diperjuangkan. Juga sejak 2 tahun sebelumnya; Suriah telah
membayarkan 100.000 nyawa; tapi mata dunia
belum utuh terbuka bahwa musuh kemanusiaan
ini nyata. Maka hari ini; jika puasa terasa melemahkan; jika
tarawih melelahkan; jika tilawah memayahkan;
mari menatap sejenak ke arah Mesir & Suriah. Sebab mereka nan mewakili kita di garis depan
iman; dibakar musim panas, direpotkan hajat,
dicekam ancaman, disuguhi besi & api; tapi teguh. Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang
pecah; tapi tak hendak membatalkan shaum sebab
ingin syahid berjumpa Rabbnya dalam keadaan
puasa. Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di
tangannya; agar jika syahadah menjemput & jasad
remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya. Hari ini ketika kolak & sop buah tak memuaskan
ifthar kita; tataplah sejenak ke negeri yang kucing
pun jadi halal karena tiadanya makanan. Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Mesir;
dengan kepahlawanan mereka nan lebih suka
bertemu Allah daripada hidup membenarkan tiran. Hari ini sungguh kita ditampar Allah dengan Suriah;
ketika kisah Ibu yang memasak batu &
menidurkan anaknya dalam hujan peluru adalah
fakta. Sebab mungkin 60 tahun penjajahan kiblat
pertama, masjid suci ketiga, & penzhaliman atas
ahlinya belum utuh mencemburukan hati imani
kita. ~ Salim A. Fillah

AIR SYURGA

Harith, orang Badui, dan istrinya Nafisa, berpindah-pindah tempat membawa tendanya yang butut. Di mana pun ditemukannya tempat yang ditumbuhi beberapa kurma atau rumput belukar untuk untanya dan terdapat kolam air sekotor apa pun, pasti ia singgahi. Kehidupan semacam itu telah mereka jalani bertahun-tahun lamanya, dan Harith jarang sekali melakukan sesuatu di luar kebiasaannya sehari-hari: menjerat tikus gurun untuk diambil kulitnya, memintal tali dari serat kurma untuk dijual kepada kafilah yang lewat. Namun, pada suatu hari, sebuah mata air muncul di padang pasir, dan Harith pun mencucukkan sedikit air ke mulutnya. Baginya, air itu terasa bagaikan air sorga, sebab jauh lebih jernih dibandingkan air yang biasa diminumnya. Bagi kita, air itu akan terasa memualkan sebab sangat asin. “Air ini,” katanya, “harus kubawa kepada seseorang yang bisa menghargainya.” Segeralah ia berangkat ke Baghdad, ke istana Harun al-Rasyid. Ia berjalan terus tanpa berhenti kecuali untuk mengunyah beberapa buah kurma. Harith membawa dua kantong kulit kambing berisi air: satu untuk dirinya, yang lain untuk Khalifah. Beberapa hari kemudian, sampailah ia di Baghdad, dan langsung menuju istana. Para pengawal istana mendengarkan ceritanya dan, hanya karena demikianlah aturan di istana, mereka membawanya ke pertemuan umum Raja Harun. “Penguasa Kaum Setia,” kata Harith, “Saya seorang Badui miskin, dan mengetahui segala macam air di padang pasir, meskipun aku mungkin hanya tahu sedikit tentang hal-hal lain. Saya baru saja menemukan Air Sorga ini, dan karena menyadari bahwa air ini pantas dibawa kepada Tuan, maka saya pun segera membawanya kemari sebagai persembahan.” Harun Sang Terus-terang mencicipi air itu dan, karena ia memahami rakyatnya, ia menyuruh penjaga membawa Harith pergi
dan mengurungnya sampai ia mengambil keputusan. Kemudian, dipanggilnya kepala pengawal, dan berkata, “Yang bagi kita bukan apa-apa, baginya segala- galanya. Oleh karena itu, bawalah ia pergi dari istana pada malam hari. Jangan sampai dilihatnya Sungai Tigris yang dahsyat itu. Kawal orang itu sepanjang jalan menuju tendanya tanpa memberinya kesempatan mencicipi air murni. Kemudian, berilah ia seribu keping emas dan sampaikan terima kasihku untuk persembahannya itu. Katakan padanya bahwa ia adalah penjaga Air Sorga, dan bahwa ia diperbolehkan atas namaku membagikan air itu kepada kafilah yang lewat, secara cuma-cuma.” Kisah ini juga dikenal sebagai ‘Kisah tentang Dua Dunia.’ Kisah ini diceritakan oleh Abu al-Atahiyyah dari Suku Aniza (sezaman dengan Harun al-Rasyid dan pendiri Darwis Makhara (Kaum Suka Ria), yang namanya diabadikan dalam istilah Mascara dalam bahasa-bahasa Barat. Pengikutnya tersebar hingga ke Spanyol, Perancis, dan negeri-negeri lain. Al-Atahiyyah disebut sebagai ‘Bapak puisi suci sastra Arab’. Ia wafat tahun 828. Sumber : Media-Isnet

AIR SYURGA

Harith, orang Badui, dan istrinya Nafisa, berpindah-pindah tempat membawa tendanya yang butut. Di mana pun ditemukannya tempat yang ditumbuhi beberapa kurma atau rumput belukar untuk untanya dan terdapat kolam air sekotor apa pun, pasti ia singgahi. Kehidupan semacam itu telah mereka jalani bertahun-tahun lamanya, dan Harith jarang sekali melakukan sesuatu di luar kebiasaannya sehari-hari: menjerat tikus gurun untuk diambil kulitnya, memintal tali dari serat kurma untuk dijual kepada kafilah yang lewat. Namun, pada suatu hari, sebuah mata air muncul di padang pasir, dan Harith pun mencucukkan sedikit air ke mulutnya. Baginya, air itu terasa bagaikan air sorga, sebab jauh lebih jernih dibandingkan air yang biasa diminumnya. Bagi kita, air itu akan terasa memualkan sebab sangat asin. “Air ini,” katanya, “harus kubawa kepada seseorang yang bisa menghargainya.” Segeralah ia berangkat ke Baghdad, ke istana Harun al-Rasyid. Ia berjalan terus tanpa berhenti kecuali untuk mengunyah beberapa buah kurma. Harith membawa dua kantong kulit kambing berisi air: satu untuk dirinya, yang lain untuk Khalifah. Beberapa hari kemudian, sampailah ia di Baghdad, dan langsung menuju istana. Para pengawal istana mendengarkan ceritanya dan, hanya karena demikianlah aturan di istana, mereka membawanya ke pertemuan umum Raja Harun. “Penguasa Kaum Setia,” kata Harith, “Saya seorang Badui miskin, dan mengetahui segala macam air di padang pasir, meskipun aku mungkin hanya tahu sedikit tentang hal-hal lain. Saya baru saja menemukan Air Sorga ini, dan karena menyadari bahwa air ini pantas dibawa kepada Tuan, maka saya pun segera membawanya kemari sebagai persembahan.” Harun Sang Terus-terang mencicipi air itu dan, karena ia memahami rakyatnya, ia menyuruh penjaga membawa Harith pergi
dan mengurungnya sampai ia mengambil keputusan. Kemudian, dipanggilnya kepala pengawal, dan berkata, “Yang bagi kita bukan apa-apa, baginya segala- galanya. Oleh karena itu, bawalah ia pergi dari istana pada malam hari. Jangan sampai dilihatnya Sungai Tigris yang dahsyat itu. Kawal orang itu sepanjang jalan menuju tendanya tanpa memberinya kesempatan mencicipi air murni. Kemudian, berilah ia seribu keping emas dan sampaikan terima kasihku untuk persembahannya itu. Katakan padanya bahwa ia adalah penjaga Air Sorga, dan bahwa ia diperbolehkan atas namaku membagikan air itu kepada kafilah yang lewat, secara cuma-cuma.” Kisah ini juga dikenal sebagai ‘Kisah tentang Dua Dunia.’ Kisah ini diceritakan oleh Abu al-Atahiyyah dari Suku Aniza (sezaman dengan Harun al-Rasyid dan pendiri Darwis Makhara (Kaum Suka Ria), yang namanya diabadikan dalam istilah Mascara dalam bahasa-bahasa Barat. Pengikutnya tersebar hingga ke Spanyol, Perancis, dan negeri-negeri lain. Al-Atahiyyah disebut sebagai ‘Bapak puisi suci sastra Arab’. Ia wafat tahun 828. Sumber : Media-Isnet

Menemukan Rahasia Tuhan Dalam Biji Pepaya

Suatu hari Guru Sufi sedang duduk santai di teras rumah, kemudian Beliau memanggil salah seorang murid untuk membersihkan sisa-sisa kulit dan biji papaya yang terletak di sudut ruangan. “Tolong dibuang sampah sisa pepaya yang dikupas tadi malam biar nanti ruangan ini tidak bersemut”, kata Guru Sufi. “Baik Guru”, kata si murid. Ketika si murid memungut sampah papaya, Guru nya berkata, “Coba kau ambil biji papaya, kau amat-amati dengan teliti”. Si murid kemudian mengambil biji papaya dan mengamatinya seperti yang diperintahkan Guru. “Apakah ada buah di dalam?” Tanya Guru. Maksudnya Guru menanyakan apakah ada buah papaya di dalam biji papaya. Si murid diam tidak bisa menjawab, kemudian Gurunya berkata, “Ada, bakal buah namanya, bakal daun juga ada bahkan seluruh batang papaya ada di dalam biji yang kamu pegang itu”. “Syaratnya biji itu kamu tanam, disiram, di pupuk dan di rawat sampai dia menjadi pohon papaya sehingga menghasilkan buah”. Kata Guru. “Semua ada disana!” kata Guru. Kemudian Guru melanjutkan, “Begitu juga dengan dzikir, rahasianya sudah ada disana, sudah ditanam sejak awal kau diterima menjadi murid. Ilmu ini adalah bermula dari akhir bukan bermula dari awal. Saat kau gabungkan rohani mu dengan Guru, itu lah akhir dari ilmu ini. Untuk bisa akal menerima apa yang kamu alami, itulah memerlukan waktu, memerlukan kesabaran, diperlukan mujahadah untuk melawan diri sendiri” “Proses ini kemudian di uraikan menjadi 3 tahapan yaitu : Takhalli, Tahali, Tajaalli. Ingat tentang biji papaya, di tanam, di rawat akhirya akan terukir abadi nama-Nya dalam qalbu mu”. Kata Guru… “Semua ada disana” yang di ucapkan Guru Sufi mempunyai makna yang mendalam. Kalau seluruh rahasia pepaya ada di dalam biji, “disana” seperti yang ditunjuk Guru, lalu dimana “semua ada disana”, letak rahasia Tuhan?.

Sufi muda

Takhalli (Selesai)

Takhalli (Selesai) Mesucikan diri dari dosa batin Maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah sangat berbahaya, karena dia tidak kelihatan dan berada pada diri manusia itu sendiri. Maksiat batin inilah yang menimbulkan dan membangkitkan maksiat lahir yang berbentuk kejahatan-kejahatan, yang dilakukan oleh anggota badan lahir. Maksiat batin tumbuh dan berkembang oleh sebab jarang disucikan atau tidak pernah disucikan. Syekh Amin Al Kurdi mengatkan bahwa maksiat batin itu sebagai sifat-sifat tercela dan itu merupakan najis-najis maknawiyah yang tidak mungkin orang mendekatkan diri kepada Allah sebelum disucikan. Sebagaimana halnya tidak mungkin seorang mendekatkan diri kepada Allah, kalau najis-najis As Shuriyah (najis materi) disucikan terlebih dahulu. Sifat-sifat tercela yang mengotori diri rohani manusia itu banyak sekali, antara lain, hasad (iri hati), haqad (dengki), kibir (sombong, takabur), ujub (bangga diri), bakhil (kikir), riya (pamer), hubbul mal (cinta harta), hubbul jah (cinta pangkat), tafaakhur (bangga diri), ghadlab (pemarah), ghibah (pengumpat), namimah (ngerumpi keburukan orang), kizib (dusta), kasratul
kalam (banyak bicara), dan lain-lain. Pusat dari segala sifat yang tercela tadi adalah hati nurani atau diri rohani manusia itu sendiri. Dalam kajian tasauf dan tarekat, dinamakan latifatul qalbi yang merupakan latifatul rabbaniyah, yaitu roh yang suci yang paling halus yang menjadi hakikat dari diri manusia. Itulah yang dinamakan diri yang sebenar diri. Latifatul qalbi merupakan induk latifah-latifah yang lain. Dengan dialah kita dapat mendekaatkan diri kepada Allah SWT, manakala dia telah dibersihkan dari kotoran-kotoran lahir dan batin, kemudian diisi dengan zikrullah. Sabda Rasulullah SAW : “Sesungguhnya pada diri jasad itu ada segumpal daging, yang kalau dia baik (artian maknawi) maka akan baiklah jasad seluruhnya, dan kalau dia rusak, maka akan rusak pulalah jasad seluruhnya. Ketahuilah ia itu adalah hati”. Dalam hadits ini jelas yang dinilai oleh Tuhan adalah hati, yang merupakan kunci untuk dekat kepada Allah SWT dan mengenal-Nya. Hati inilah secara maknawi telah berhubungan langsung berdialog dengan Allah SWT. Allah berfirman, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab, “Betul”(Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi” (Q.S. AL A’raf &:172). Para sufi ahli tarekat menjadikan ayat ini sebagai salah satu dasar tentang musyahadah, berintai- intaian dan dasar ikhsan. Cara mensucikan/memberantas maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah dengan berzikir pada 7 (tujuh) tempat lataif, yaitu : latifatul qalbi, latifatul ruh, latifatul sirri, latifatul khahfi, latifatul akhfa, latifatul nafsun natikah dan latifatul kullul jasad. Cara berzikir pada latifah-latifah itu dan buahnya akan dijelaskan pada bagian zikir lataif. Sabda Rasulullah SAW : “Bahwa sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu itu ada alat dan cara mencucinya, maka sesungguhnya alat dan cara mencucikan hati nurani adalah dengan zikirullah”. Sabda Rasulullah SAW dalam Hadits Qudsi : “Tidak dapat bumi dan langit-Ku menjangkau/ memuat akan zat-Ku (yang membawa asma-Ku/Kalimah- Ku), melainkan yang menjangkaunya/ memuatnya ialah hati Hamba-Ku yang mukmin/suci, lunak dan tenang”. (Hadits Qudsi R. Ahmad dari Wahab bin Munabbih). Bersambung, Tahalli… Press This

Sufi muda

KISAH TENTANG PENEMBAK JITU WANITA PERANG SURIYAH

Liputan6.com, Killis : Konflik bersenjata di Suriah tidak hanya
melibatkan kaum laki-laki. Konflik
yang pecah sejak Maret 2011 itu
saat ini telah melibatkan
perempuan, bahkan anak-anak. Nora Husari menjadi salah satu
perempuan yang terlibat dalam
perang Suriah tersebut. Sebelum
terjadi perang, perempuan 23
tahun ini bekerja di salon
kecantikan, namun saat ini dia menenteng AK-47, bertaruh nyawa
di medan perang. “Saya melihat anak-anak dan
perempuan menangis di depan
mata saya karena Bashar Al Assad
membunuh ayah, saudara atau
suami mereka,” kata Husairi seperti
dikutip NBC News Minggu (23/6/2013). Husairi merasa ratapan anak-anak
dan perempuan itu disebabkan oleh
pemerintahan Presiden Bashar Al
Assad. Oleh sebab itu, dia
memutuskan bergabung dengan
Tentara Pembebasan Suriah yang disebut pemerintah sebagai
kelompok pemberontak. “Itu membakar hati saya dan
membuat saya semakin benci rezim
ini, oleh sebab itu saya
memutuskan untuk berperang,” dia
menambahkan. Husairi pun menjadi
sniper alias penembak jitu di garis depan peperangan. Husairi mengklaim setidaknya telah
membunuh 8 tentara pemerintah.
“Ada banyak wanita yang bisa
membantu di rumah sakit. Tapi misi
saya di medan perang dan garis
depan,” ujar Husairi. Apa yang dilakukan ini sangat jauh
dari bayangannya sebelum perang
berkecamuk, ketika dia menata,
merawat, dan memanjakan wanita
di salon kecantikan di Aleppo. Kini
dia berada di tengah desingan peluru dan dentuman bom. Dan
langkahnya diikuti oleh perempuan
Suriah lainnya. Menurut Direktur Pusat Kajian
Timur Tengah Universitas Oklahoma
Joshua Landis, pejuang perempuan
di Suriah tergolong jarang. Sebab,
sebagian besar warganya beraliran
konservatif. “Ada beberapa pejuang wanita di antara kaum
pemberontak. Tapi jumlah mereka
masih sedikit,” kata Landis. (Eks)

PBB : ANAK-ANAK SURIYAH AKAN BUTA HURUF DAN RADIKAL

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS —
Utusan PBB memperingatkan,
konflik yang menghancurkan
Suriah dalam tiga tahun terakhir
akan memaksa generasi anak-anak
untuk tumbuh buta huruf dan penuh kebencian. Perwakilan
khusus untuk anak-anak dan
konflik bersenjata PBB, Leila
Zerrougui mengatakan kedua
belah pihak dalam konflik Suriah
terus melakukan pelanggaran berat terhadap anak-anak. Dia mengatakan, puluhan anak
terbunuh, terluka, ditahan, dan
dipaksa menyaksikan atau
melakukan kekejaman dalam
pertempuran yang mencoba
menggulingkan rezim Presiden Bashar Al-Assad. Zerrougui juga
mengatakan ribuan sekolah
hancur. “Anak-anak yang putus asa dan
penuh kemarahan ingin membalas
dendam dan mereka tidak memiliki
akses ke sekolah-sekolah. Yang
berarti generasi masa depan, jika
konflik terus berlanjut, akan buta huruf dan terkena radikalisasi,”
ungkapnya dikutip Al-Jazeera. Dia mendesak kedua pihak yang
berkonflik untuk menyelamatkan
anak-anak. Ribuan anak tewas
sejak perang dimulai pada 2011.
Menurut PBB, ada kasus penyiksaan
dan eksekusi anak-anak. Sebuah laporan PBB yang dirilis Juni lalu
menyatakan, kedua pasukan yang
berkonflik menggunakan anak laki-
laki dan perempuan sebagai pelaku
bom bunuh diri atau perisai
manusia.

Red: Mansyur Faqih Rep: Nur Aini

WONG FEI HUNG,,MUSLIM YANG DI KABURKAN

Perintah untuk memiliki kekuatan dan
berlatih beladiri sudah sejak belasan abad
yang lalu dianjurkan dalam Islam. Ayat dan
hadits yang menegaskan tentang hal tersebut
sangat jelas. Seperti dalam Qur’an surah
Al-Anfal ayat 60, “Dan persiapkan segala kekuatan yang kamu miliki untuk
menghadapi mereka dengan kekuatan yang
kamu miliki….” Kemudian Rasulullah SAW
juga bersabda, “Muslim yang kuat lebih
dicintai Allah daripada muslim yang lemah.”
Sehingga ada celah bagi kita untuk menjadi muslim yang lemah dan pecundang. Anda tentu pernah menonton film kungfu.
Nah, jika pernah menonton, di sana ada
sosok yang bernama Wong Fei Hung yang
diperankan oleh aktor laga Jet Li. Ya, Wong
Fei Hung adalah seorang pebeladiri tangguh
asal negeri Tiongkok. Kita mungkin beranggapan bahwa Wong Fei Hung ini
adalah penganut Taoisme atau Budha. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?
Wong Fei Hung adalah seorang ulama, ahli
pengobatan, dan ahli beladiri legendaris yang
namanya ditetapkan sebagai Pahlawan
Nasional China oleh pemerintah China. Namun
Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai
seorang muslim demi menjaga supremasi
kekuasaan komunis di China. Lahir pada tahun 1847 di Kwantung
(Guandong) dari keluarga muslim yang taat.
Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan
dialek Canton untuk menyebut nama Arab,
Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan
dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan,
namanya ialah Faisal Hussein Wong.
Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang
Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan
tradisional, serta ahli beladiri tradisional
Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama
Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Kombinasi antara pengetahuan ilmu
pengobatan tradisional dan teknik beladiri
serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti
sebagai muslim membuat keluarga Wong
sering turun tangan membantu orang-orang
lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat
menghormati dan mengidolakan Keluarga
Wong. Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif
dalam gerakan bawah tanah melawan
pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan
penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang
merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang
memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar
Cina yang anggota keluarganya banyak yang
memeluk agama Islam. Wong Fei-Hung berguru kepada Luk Ah-Choi
yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk
Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya
dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat
Fei Hung sukses melahirkan jurus
“Tendangan Tanpa Bayangan” yang legendaris. Kemampuan beladirinya semakin
sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat
jurus baru yang sangat taktis namun efisien
yang dinamakan jurus “Cakar Macan” dan
jurus “Sembilan Pukulan Khusus”. Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan
bermacam-macam senjata. Masyarakat
Canton pernah menyaksikan langsung
dengan mata kepala mereka sendiri
bagaimana ia seorang diri dengan hanya
memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan
kekar dan kejam di Canton yang
mengeroyoknya karena ia membela rakyat
miskin yang akan mereka peras. Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak
mengujinya dengan berbagai cobaan.
Seorang anaknya terbunuh dalam suatu
insiden perkelahian dengan mafia Canton.
Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena
istri-istrinya meninggal dalam usia relatif muda. Setelah istri ketiganya wafat, Wong
Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri
sampai kemudian ia bertemu dengan Mok
Gwai Lan, seorang perempuan muda yang
kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan
turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya. Mok
Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan
hidupnya hingga akhir hayat. Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam
usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di
Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai
pahlawan pembela kaum mustad’afin
(tertindas) yang tidak pernah gentar
membela kehormatan mereka. Siapa pun dan berapa pun jumlah orang yang menindas
orang miskin, akan dilawannya dengan
segenap kekuatan dan keberanian yang
dimilikinya. Ia wafat dengan meninggalkan
nama harum yang membuatnya dikenal
sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada
seorang muslim selain mati syahid. (w-
islam.com/dari berbagai sumber)

KHIDIR, SOSOK MISTERIUS TAPI NYATA

Sebelum kita membahas hakikat dari Nabi Khidir yang menurut banyak sumber hidup abadi sepanjang zaman, ada baiknya kita baca dulu dari berbagai sumber tentang kisah hidup Beliau, mulai dari zaman Nabi Musa sampai setelah zaman Nabi Muhammad SAW. Al-Khiḍr secara harfiah berarti ‘Seseorang yang Hijau’ melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Khidr memiliki telah diberikan sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān Khidr adalah sepupu Dzul Qarnain dari pihak ibu. Menurut Ibnu Abbas, Khidr adalah seorang anak cucu Nabi Adam yang taat beribadah kepada Allah dan ditangguhkan ajalnya. Ibunya berasal dari Romawi sedangkan bapaknya keturunan bangsa Parsi. Kemudian Mahmud al-Alusi menambahkan bahwa ia tidak membenarkan semua pendapat mengenai riwayat asal-usul Nabi Khidr, tetapi An-Nawawi mengatakan bahwa ia adalah seorang putra raja Kisah Musa dan Khiḍr dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahf ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahawa beliau mendengar nabi Muhammad bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa, “Aku” Lalu Allah menegur Nabi Musa dengan firman-Nya, “Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.” Lantas Musa pun bertanya, “Wahai Tuhanku, dimanakah aku dapat menemuinya?” Allah pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” Sesungguhnya teguran Allah itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa untuk menemui hamba yang shalih itu. Di samping itu, Nabi Musa juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut. Itulah kisah pertama tentang Nabi Khidir yang menjadi guru hakikat membimbing Nabi Musa mengenal ilmu-ilmu yang selama ini belum pernah diketahui. Kelanjutan kisah ini bisa di baca di Wikipedia. Dalam beberapa riwayat, Nabi Khidir pernah datang bertakziah ketika Rasulullah wafat, riwayatnya sebagai berikut : Berkata Ibnu Abu Dunia, yang didengarnya dari Kamil bin Talhah, dari Ubad bin Abdul Samad, dari Anas bin Malik, mengatakan: “Sewaktu Rasulullah SAW meninggal dunia, berkumpullah sahabat- sahabat beliau di sekeliling jenazahnya menangisi kematian beliau. Tiba-tiba datang kepada mereka seorang lelaki yang bertubuh tinggi memakai kain panjang. Dia datang dari pintu dalam keadaan menangis. Lelaki itu menghadap kepada sahabat- sahabat dan berkata: “Sesungguhnya dalam agama Allah ada pemberi takziah setiap terjadi musibah, ada pengganti setiap ada yang hilang. Bersabarlah kamu kerana sesungguhnya orang yang diberi musibah itu akan diberi ganjaran.” Kemudian lelaki itu pun menghilang daripada pandangan para sahabat. Abu Bakar berkata: “Datang ke sini lelaki yang memberi takziah.” Mereka memandang ke kiri dan kanan tetapi lelaki itu tidak nampak lagi. Abu Bakar berkata: “Barangkali yang datang itu adalah Khidir, saudara nabi kita. Beliau datang memberi takziah atas kematian Rasulullah SAW.” Kisah Lengkap pertemuan Khidir dengan orang-orang setelah Nabi
bisa di baca disini. Dari berbagai sumber diketahui bahwa Nabi Khidir pernah berguru kepada Imam Abu Hanifah dan Abul Qasim Al-Qusyairi pernah berjumpa dengan Nabi Khidir disamping orang-orang lain dikemudian hari. Nabi Khidir adalah Guru dari Nabi Musa, lalu bagaimana mungkin orang yang sama berguru kepada Imam Abu Hanifah yang hidup ribuan tahun setelah Nabi Musa. Saya tidak menulis secara panjang lebar kisah- kisah pertemuan Khidir dengan para ulama karena memang kisah tersebut sangat banyak. Menjadi bahan renungan kita, apakah khidir itu sebuah pangkat rohani atau seseorang yang hidup abadi. Kalau menurut pendapat saya pribadi yang saya dapat dari Guru, Khidir itu bukanlah sosok tapi merupakan pangkat rohani yang diberikan Allah kepada orang yang mempunyai pengetahuan luas tentang hakikat dan Khidir memang ditakdirkan Allah untuk tidak mengembangkan syariat tapi tunduk kepada Syariat Nabi di zamannya. Kalau anda mencari Khidir dalam arti sosok manusia, maka anda tidak akan pernah bisa menjumpai Khidir karena orang yang berpangkat Khidir di zaman Nabi Musa bernama Balyā bin Malkān itu sudah tiada. Disinilah kebanyakan orang yang senang dengan gaib terjebak dengan pemahaman yang keliru tentang Khidir, menganggap khidir itu adalah sosok
yang hidup abadi, tidak pernah mati, hidup dari zaman Nabi Musa sampai sekarang. Karena terobsesi dengan Gaib akhirnya orang ada yang menggali sumur kemudian membuat tempat bertapa di bawah dekat sumber air dengan harapan bisa berjumpa dengan Khidir yang konon kabarnya hidup di air atau lautan. Di khawatirkan muncul setan yang datang mengaku sebagai Khidir dan memberikan amalan-amalan sesat yang membuat manusia jauh dari Tuhan. Kalau para sahabat Nabi bisa berjumpa dengan Khidir, generasi setelahnya, Imam Abu Hanifah, Al- Qusyairi dan banyak yang lainnya, tentu kalau kita menggunakan metode yang sama dengan mereka pasti bisa juga jumpa dengan Khidir. Anda harus mengetahui terlebih dulu siapa sosok yang pangkat rohani nya sebagai khidir yang bisa membuka rahasia ketuhanan yang ketika anda berjumpa dengan Beliau akan menjadi terang segalanya. Lalu siapakah manusia di zaman sekarang yang berpangkat rohani Khidir? Hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui. Jadi yang anda cari terlebih dulu bukan Khidir, tapi Allah. Kalau anda mencari Khidir saya khawatir anda akan disesatkan setan, tapi kalau anda telah berhampiran dengan Allah maka segala rahasia gaib akan tersingkap termasuk rahasia Khidir yang merupakan salah satu hamba- Nya yang Shaleh.

Tokoh Zionis: Shin Bet Dorong Kami Tingkatkan Penyerbuan ke al Aqsha

Tokoh Zionis: Shin Bet Dorong Kami Tingkatkan Penyerbuan ke al Aqsha.

Alquds – PIP: Yayasan Wakaf dan Peninggalan al Aqsha mengungkap dalam sebuah kaset audio visual bagian-bagian terpilih dari fakta-fakta risalah konferensi akademis yang diadakan baru-baru ini oleh “Pusat Warisan Begin” dengan judul “Temple Mount In Our Hands” (Bukil Kuil Ada di Tangan Kita). Dalam rekaman ini menunjukkan pengakuan para tokoh Zionis terkenal bahwa pembangunan kuil yang mereka klaim di atas reruntuhan masjid al Aqsha adalah impian semua orang Zionis. Yang lain mengakui bahwa dinas intelijen Zionis Shin Bet, adalah
pihak yang mendorong mereka untuk meningkatkan penyerbuan ke masjid al Aqsha, dengan tujuan untuk meningkatkan kontrol atasnya. Para tokoh Zionis lainnya menyatakan, “Harus ada tindakan yang mengizinkan pengaturan ibadah Yahudi di masjid al Aqsha, yang didahului dengan pembangunan sinagog Yahudi di atas bagian masjid al Aqsha.” Yayasan al Aqsha mengomentari atas subtansi laporan tersebut bahwa itu membuktikan adanya bahaya yang mengancam masjid al Aqsha. Hal ini menuntut dibuat rencana yang sesuai dalam jangka pendek dan jangka panjang untuk menghadapi bahaya ini pada level seluruh umat. Berikut beberapa pengakuan dari pernyataan para tokoh Zionis yang disampaikan dalam konferensi akademis tersebut: Ketua sinagog Yahudi di permukiman Zionis Gush Etzion, Rabi Jacob Meidan, mengatakan bahwa “Shin Bet mendorong kami untuk menyerbu masjid al aqsha. Di sana ada rencana untuk membangun sinagog Yahudi di sisi timur al Aqsha.” Dia juga mengatakan, “Berulang kali saya katakan, saya telah diundang sekali ke rumah direktur Shin Bet.
Dia mengatakan, kami telah memperteguh Anda untuk naik ke Temple Mount – istilah yang digunakan Zionis untuk menyebut masjid al Aqsha -, tapi kenapa jumlahnya hanya sedikit saja yang naik? Dengan gambaran seperti ini tidak mungkin memperkuat kontrol Zionis atas bukit tersebut. Begitulan mantan diremtur Shin Bet berkata kepada saya.” Dia melanjutkan, “Adapun ketua bidang Yahudi di Shin Bet telah mengatakan kepada saya dua bulan yang lalu, bahwa dia sedang merekrut anggota keluarganya dan rekan-rekannya untuk naik bersamanya ke Temple Mount, dengan tujuan untuk memperkuat eksistensi Yahudi di sana.” Sedang Rabi David Staph, calon rabi ketua di yayasan Zionis, mengatakan, “Bangsa Israel pada suksesi geneerasinya tiba saatnya untuk membangun kuil. Semua ibadah kita dan harapan kita di hari-hari ini, yang kita ratapi, adalah hari-hari yang terjadi antara 17 Juli hingga 9 Agustus. Inilah hari-hari para perindu bergerak menuju Temple Mount dan membangul kuil.” Rabi Joseph Alboim – dari Gerakan untuk Pembangunan Kuil, mengatakan, “Untuk itulah tuan- tuan yang mulia, kami ingin membangun kuil. Selain itu, kami tidak perlu naik ke Temple Mount.” Hakim Dalia Dorner – hakim yang sudah pensiun dari Mahkamah Agung Zionis – untuk meminta agar orang-
orang Yahudi diperbolehkan beribadah di masjid al Aqsha. Dia mengatakan, “Menurut aturan yang bisa diterima, bagi saya, sebagaimana tidak dilarang bagi kaum muslimin untuk beribadah di Temple Mount, demikian juga orang-orang Yahudi, harus diizinkan untuk beribadah di dalamnya dan harus ditemukan cara yang tepat untuk itu.” (asw)